Free Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generatorFree Glitter text generator Funny Myspace Comments

Kamis, 22 Juli 2010

Cerpen


                         Resah

Hangat mentari di pagi itu mengiringi langkahku menuju kelas.Pagi kusambut dengan senyuman agar hari yang cerah itu terasa ceria,namun senyum itu segera mendatar saat ku jumpai seorang gadis dengan perawakan badan kecil dan rambut keritingnya yang dikuncir sedang duduk termanyun sendiri di kursi taman.Aku mengenali sosok itu yang tak lain adalah Dinda,dengan segera ku langkahkan kakiku menghampirinya.
“Hai din,kok sendirian aja? Teman-teman yang lain mana?” Sapa ku membuka pembicaraan.
“Ada di dalam,mereka lagi ngerjain tugas biologi na.” Paras manis yang tampak sayu itu terperangah dan terkejut karena kehadiranku yang tiba-tiba telah membuyarkan semua lamunannya.
“Ooh… tugas Biologi ,emm Dinda muka mu kok kusut gitu sih Din? Mata mu juga bengkak,pasti habis nangis semaleman ya?Hayoo ngakuu!”
“Nggak kok na,Cuma begadang aja.”
“Ah masa sih,biasanya nggak sampai gitu kalau begadang.Din kamu kan sahabatku sejak SMP jadi kalau ada masalah yang butuh di curahkan,kamu bisa cerita ke aku kalau kamu mau =).”
“Iya na,makasih atas tawarannya.”
“Iya,aku bersedia kok jadi tong sampah buat curhatanmu.”
Di sela-sela percakapanku dengan Dinda,bel tanda masuk jam pelajaran pertama berbunyi dan sontak menjeda obrolan kami.
“Dinda ke kelas yuk! Bel masuk dah bunyi tuh,ntar bu ani ngomel loh kalau kita telat.”
“Em…iya.Ana tungguin donk.” Pinta Dinda saat aku telah di ambang pintu kelas.
Sebelum masuk ke kelas,ternyata dari kejauhan telah Nampak seorang ibu guru dengan gaya ala ibu gaul,kami pun segera memasuki kelas.
Selama jam pelajaran berlangsung,Dinda tampak melamun dan sangat sibuk dengan pikirannya sendiri seperti orang yang sibuk memikirkan masalah Negara bahkan dunia,dia hanya memainkan sebuah pulpen hitam yang ada di genggamannya.Ada yang berbeda dari sahabatku itu,Dinda yang ceria dan cerewet kini menghilang sementara.Hingga bel tanda istirahat pun berbunyi,teman-temanku segera beranjak dari kursi kayunya dan bergegas menuju kantin yang tidak jauh dari kelas.Tidak sedikit teman yang mengajak aku dan Dinda untuk pergi ke kantin.
“Ana,Dinda,ke kantin yuk!”Ajakan dari Tia,Anggie dan Abel serempak.
“Em… Aku lagi malas nih ces,udah sarapan di rumah.Hati-hati ke tabrak nyamuk!!”Ku tolak ajakkan itu dengan sedikit senyum.
“Hehehe…Ah kamu ini na.” Sahut Abel diiringi lenggak lenggoknya meninggalkan kelas bersama Anggie dan Tia.
Saat itu Dinda yang sibuk memainkan ponselnya hanya menyunggingkan senyum kecil kepada mereka bertiga,hal itu membuatku yang penasaran dengan sikap Dinda segera angkat bicara kepadanya
“Din,sorry ya kalo aku lancang dan terkesan pengen tau urusanmu,tapi Din… aku mrasa ada yang beda aja dari sikapmu,ungkapin aja semua unek-unekmu biar kita bisa sharing Din.”
Cukup lama aku meuggu Dinda angkat bicara,namun tak lama kemudian dia membuka mulut da men,namun tak lama kemudian dia membuka mulut da men,namun tak lama kemudian dia membuka mulut da men,namun tak lama kemudian dia membuka mulut dan mengucapkan sebuah kalimat dengan wajah yang tampak lesu.
‘Na,seandainya cowok kamu tinggalin kamu tanpa sebab apa yang kamu lakukan?”
“…..Ya mungkin aku menuntut alasan mengapa dia bersikap seperti itu.”
“Tapi masalahnya na,dia tuh menghilang tanpa jejak.Semua no telponnya nggak aktif.”Seketika mata Dinda Nampak berkaca-kaca.
“Sorry Din… cowok yang kamu maksud itu Heri ya?”
“Iya na,sebelumnya aku pernah cerita ke kamu kan?”
“Umm… iya Din,kamu dah cerita siapa sosok Heri itu.Kalo dah khilangan jejak gitu susah Din… tapi yang penting kamu harus sabar ya!! Mungkin aja dia belum sempat kasih kabar ke kamu,Oo iya Din… kamu udah ngecek acountnya di dunia maya?”
“Semua acountnya di dunia maya sepi na,nggak ada tanda-tanda online,….Na aku tuh dah coba sabar sampe kurang sabar apa coba? tapi aku khawatir banget,apa lagi udah seminggu kita loss contact dan ini puncak dari rasa khawatirku itu na,waktu aku hubungi keluarganya,nggak ada jawaban dari mereka. Huft…!!” Dinda menenggelamkan wajahnya diantara tangan yang terlipat rapi di atas meja kayu itu.
Perbincangan sempat terhenti,suasana kelas yang hening kini riuh dengan isak tangis Dinda yang membuat beberapa murid di kelas itu bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Dinda.
“Ana,ada Dinda kenapa sih?” Seorang gadis berambut hitam dan panjang yang di kuncir seperti ekor kuda datang menghampiri meja dimana aku dan Dinda berpijak.
“Ooh sih Dinda lagi nggak enak badan aja kok Elsa.” Dengan sedikit ragu aku menjawab.
“Kenapa nggak di bawa ke UKS aja?” Usul Elsa.
“Iy Sa,tapi Dinda- nya yang nggak mau.” Sahutku diiringi anggukkan kepala Dinda yang bertopang di atas lipatan tangannya sebagai body language yang berarti (IYA/SETUJU denganku)
“Oh… cepat sembuh ya Din.” Elsa beranjak meninggalkan kami.
Tak lama setelah Elsa kembali ke tempat duduknya,bel tanda masuk jam pelajaran berbunyi.Kelas yang sepi saat istirahat kini perlahan kembali ramai.
“Din,udah masukkan nih.Udah jangan nangis lagi ya!! Nggak enak dilihat teman yang lain.Kamu sabar ya Din,tunggu aja kabar dari Heri.Kalau hari ini belum ada kabar dari Heri,kan kamu bisa cari informasi langsung ke rumahnya,bukannya hampir tiap weekend kamu ke Samarinda ya Din?”
“Iya sih na,ntar aku coba lagi.Insyaallah jadi ke Samarinda.” Terdengar sedikit nada semangat dari kalimatnya tersebut.
Hingga Bel tanda waktu sekolah selesai berbunyi,Dinda tampak murung tak seperti Dinda yang biasanya yang ceria dan penuh tawa.Dinda Nampak berjalan menelusuri halaman parkir yang luas dan dipadati oleh barisan motor dengan lesu.
Hingga hari Senin yang cerah pun tiba,aku dengan segera mengambil langkah cepat menuju kelas,namun aku tak melihat sosok Dinda saat aku tiba di ruang yang sudah ramai dengan para murid lainnya,padahal bel tanda masuk telah berbunyi.Aku menduga Dinda akan datang telat,dan ternyata dugaanku itu benar.Saat aku berdiri di ambang pintu kelas yang dapat menjangkau sudut pandang ke lapangan parkir,dari lapangan parkir yang luas itu aku malihat sosok berperawakan mungil dengan rambut keritingnya yang di kuncir sedang berlari menelusuri koridor menuju kelas.
“Hai ana..” Sapa Dinda saat berpas-pasan denganku di ambang pintu.
Aku yang heran melihat Dinda ceria kembali tak dapat menjawab sapaan Dinda.Tapi aku mensyukuri karena sahabatku itu dapat tersenyum kembali.Segera kuhampiri Dinda yang sedang meletakkan tas-nya di atas bangku.
“Cie… Dinda yang asli dah kembali hehehe.”
“Hehehe emangnya yang kemarin itu palsu,huu… kamu ni aneh-aneh aja.” Sahutnya sambil mencibirkan bibirnya yang tidak terlalu tipis itu.
“Dinda… certain donk.”
“Ceritain apanya?”
“Ih… ya certain kenapa kamu dah waras gitu hahahaha.”
“Ih emangnya aku gila ya sebelumnya,wee’… Nanti aja deh na aku certain.Okey!!”
Oke deh…. Upacara yuk!!”
“Ayo kita C’mmon..”
Jam istirahat pertama pun tiba,Tiba-tiba dengan semangat Dinda ingin menceritakan kejadian yang membuatnya ceria dan sumringah seperti itu.
“Ana,aku mau cerita deh.Um… kemarin kan aku weekend bareng keluarga ke rumah nenek ku di Samarinda,waktu keluarga ku lagi asik ngumpul aku minta izin main ke rumah tetangga nenek,alias rumahnya Heri hehehe.tapi sayangnya waktu aku datang ke rumahnya Heri yang ada hanya ibunya saja dan Lita adiknya Heri lagi ikut persami,yang membuat aku terkejut ibunya Heri kasih surat titipan dari Heri untukku.Kamu mau baca suratnya?”
“Em iya Din,mau.” Kepala ku lekas mengangguk mendengar tawaran Dinda.


Dear Dinda,
Dinda,maaf banget ya!! Aku pergi gitu aja nggak ada kasih kabar ke kamu.Secara dadakan aku ikut ayah kerja di penambangan batu bara.Ponsel ku hilang sebelum aku berangkat jadi Cuma surat ini aja yang aku titipin ke ibu.
Maaf banget gara-gara ini kita jadi lose contact,Trims kalo Dinda bisa ngertiin Heri.Aku sayang Dinda…
Salam sayang,
Heri Gunanto

“Cie… so sweet…,syukur deh Din kamu bisa ngertiin dia.Makanya Din jangan cepat negative thinking sama cowok loe!! Hahaha..”Celetukku.
“Hehehe dah kbiasaan … Aku lega udah dapat penjelasan dari dia dan sedikit penjelasan dari

ibunya hehehehe…” Dinda menyeringai lebar.
Setelah Dinda membaca surat dari kekasihnya tersebut,dirinya kembali ceria dan penuh tawa mengisi kesunyian di kelas yang bercat pink dan biru itu..